MUARASABAK – Sejumlah petani dan pengusaha pinang menjerit, akibat harga jual yang hingga kini tak kunjung membaik. Dengan keadaan seperti ini, para petani sangat mengharap solusi dari Pemerintah guna perbaikan ekonomi ditengah anjloknya harga pinang saat ini.
Dimana Kabupaten Tanjab Timur sendiri, merupakan salah satu dari dua Daerah penghasil komuditas pinang terbesar di Provinsi Jambi. Dimana sebagian besar masyarakatnya, sangat menggantungkan hidup dengan hasil perkebunan pinang itu sendiri.
Diketahui, saat ini harga pinang sendiri hanya memiliki rata-rata sebesar Rp.3.000, tergantung kualitas pinang itu sendiri. Sementara sebelum itu, buah melalui proses yang panjang, tentunya memerlukan biaya.
“Yang jelas upah panen, biaya angkut, dan pastinya biaya kupas berkisar Rp1.500 hingga Rp.2.000 perkilo sudah pasti. Kalau harga jualnya Cuma Rp.3.000 terkadang harus nombok juga. Bahkan saya berfikir dari pada nombok, lebih baik tak usah dipanen,” keluh salah seorang Petani Pinang di Kecamatan Nipah Panjang.
Sementara itu, Fitra salah seorang pedagang pinang di Kecamatan Nipah Panjang juga mengeluhkan hal yang sama. Dimana menurutnya, ada beberapa faktor yang memengaruhi harga pinang anjlok saat ini.
“Salah satunya, pinang yang kering masi menumpuk didalam gudang. Juga kurangnya permintaan dari negara luar, yang mungkin adanya pesaing dari negara lain dengan harga lebih murah dan kualitas lebih baik,” papar Fitra.
“Selain itu, sisi pajak juga mempengaruhi, kenaikan pajak yang begitu besar hingga 85 persen. Bisa dikatakan saat ini pinang tidak laku,” tambahnya.
Ia berharap, sebagai pedagang dan juga sebagai petani pinang, Pemerintah dapat memberikan solusi terkait anjloknya harga jual pinang yang berkepanjangan saat ini. “Agar harga pinang bisa lebih membaik seperti tahun-tahun lalu, sehingga perekonomian para petani pinang bisa sejahterah kembali,” pungkasnya. (***)
Discussion about this post